Monday, August 19, 2013

MISTIK KEBATINAN JAWA

Mistik Kebatinan

Menurut pandangan ilmu mistik kebatinan orang jawa, kehidupan manusia
merupakan bagian dari alam semesta secara keseluruhan, dan hanya
merupakan bagian yang sangat kecil dari kehidupan alam semesta yang abadi,
dimana manusia itu seakan-akan hanya berhenti sebentar untuk minum.
Sikap. Gaya hidup, dan banyak aktivitas sebagai latihan upacara yang harus
diterima dan dilakukan oleh seorang, yang ingin menganut mistik dibawah
pimpinan guru dan panuntun agama itu, pada dasarnya sama pada berbagai
gerakan kebatinan jawa yang ada. Hal yang mutlak perlu adalah kemampuan
untuk melepaskan diri dari dunia kebendaan, yaitu memiliki sifat rila (rela)
untuk melepaskan segala hak milik, pikiran atau perasaan untuk memiliki, serta
keinginan untuk memiliki.. melalui sikap rohaniah ini orang dapat
membebaskan diri dari berbagai kekuatan serta pengaruh dunia kebendaan di
sekitarnya. Sikap menyerah serta mutlak ini tidak boleh dianggap sebagai tanda
sifat lemahnya seseorang; sebaliknya ia menandakan bahwa orang seperti itu
memiliki kekuatan batin dan keteguhan iman. Kemampuan untuk membebaskan
diri dari dunia kebendaan dan kehidupan duniawi juga melibatkan sikap narima
yaitu sikap menerima nasib, dan sikap bersabar, yang berarti sikap menerima
nasip dengan rela. Kemampuan untuk memiliki sikap-sikap semacam itu dapat
diperoleh dengan hidup sederhana dalam arti yang sesungguhnya, hidup bersih,
tetapi juga dengan jalan melakukan berbagai kegiatan upacara kegiatan
upacara yang meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dengan jalan
mengendalikan diri, dan melakukan berbagai latihan samadi. Melalui latihan
bersemedi di harapkan agar orang dapat membebaskan dirinya dari keadaan
sekitarnya, yaitu menghentikan segala fungsi tubuh dan keinginan serta nafsu
jasmaninya. Hal ini dapat memberikan keheningan pikiran dan membuatnya
mengerti dan menghayati hakekat hidup serta keselarasan antara kehidupan
rohaniah dan jasmaniah. Apabila orang sudah bebas dari beban kehidupan
duniawi (pamudharan), maka orang itu setelah melalui beberapa tahap
berikutnya, pada suatu saat akan dapat bersatu dengan Tuhan (jumbuhing
kawula Gusti, atau manunggaling kawula-Gusti)/Pendekatan kepada Illahi.
Namun dengan tercapainya pamudharan, yang memungkinkan orang untuk
melepaskan diri dari kehidupan dunia kebendaan, orang itu juga tidak terbebas
dari kewajiban-kewajibannya dalam kehidupan yang konkret; bahkan, orang
yang sudah mencapai pamudharan, wajib amemayu ayuning bawana, atau
berupaya memperindah dunia, yaitu berusaha memelihara dan memperindah
dengan jalan melakukan hal-hal yang baik, dan hidup dengan penuh tanggung
jawab.

Gerakan Untuk Purifikasi Jiwa

Semua organisasi kebatinan yang besar, kecuali SUBUD, memang bersifat
mistik; banyak gerakan kebatinan, terutama yang jumlah anggotanya sedikit,
hanya berusaha untuk mencapai purifikasi jiwa, tanpa mempunyai tujuan untuk
bersatu dengan Tuhan. Hal yang mereka inginkan hanyalah memperoleh suatu
kehidupan kerohanian yang mantap, tanpa rasa takut dan rasa ketidak-pastian.
Inilah yang oleh orang jawa disebut orang yang sudah “bebas” (kamanungsan,
kasunyatan). Cara untuk kamanungsan pada umumnya sama dengan cara untuk
mencapai pamudharan tersebut diatas. Kecuali beberapa variasi kecil, maka
cara untuk mencapai purifikasi jiwa pada dasarnya adalah dengan menjalankan
kehidupan yang penuh tanggung jawab, baik secara moral, sederhana, mampu
membebaskan diri dari keduniawian, mempunyai sikap yang baik terhadap
kehidupan, nasib dan kematian dan melakukan samadi secara ketat. Oleh
karena gerakan-gerakan kebatinan ini berusaha mencari kebebasan rohaniah
individu, maka orang mudah mengerti bahwa sifatnya agak individualis;
gerakan-gerakan seperti itu paling tidak menarik bagi orang-orang yang
membutuhkan kehidupan keagamaan, tanpa harus menaati peraturanperaturan
keagamaan yang resmi secara ketat, namun menyesuaikan dengan
adat istiadat (Said 1972-a: 153-154)

Kebatinan Yang Berdasarkan Ilmu Gaib

Diseluruh daerah tempat tinggal orang jawa banyak terdapat gerakan-gerakan
kebatinan yang hanya beranggotakan beberapa puluh orang saja. Kebanyakan
dari gerakan seperti itu berpusat di kota-kota dan pada umumnya bersifat
rahasia, yaitu dengan tujuan-tujuan yang bersifat mistik, moralis, atau etis dan
dipimpin oleh seorang guru. Untuk mencapai tujuannya, para anggota gerakan
seperti itu banyak melakukan praktek-praktek ilmu gaib, disamping studi dan
bersamadi.
Banyak dari budaya semacam itu pada awalnya adalah suatu organisasi yang
mengajar seni bela diri pencak. Kecuali memberi latihan fisik, gurunya juga
melatih murid-muridnya untuk melakukan meditasi. Untuk menciptakan
suasana keramat, ada juga yang ditabah berbagai ritus ilmu gaib secara
rahasia yang dimaksudkan agar para muridnya, memperoleh kekebalan dan
kesaktian tertentu.

No comments:

Post a Comment