Wednesday, March 19, 2014

SANGKAN PARANING DUMADI

    Asal Usul Manusia


Kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari didunia ini adalah : Dimana-mana ada manusia, kita sendiri juga mahluk manusia yang tinggal disebuah tempat dari belahan bumi.

Sejak kecil kita bergaul dengan ibu, ayah, kakak, adik, nenek, kakek, saudara, tetangga, teman, yang semuanya mahluk manusia.
Kemanapun kita berada, pergi dan berurusan, tentu berhubungan dengan bangsa kita sendiri, yaitu sama-sama bangsa  manusia.

Sebagai orang yang punya perasaan instinktif dan pikirannya selalu jalan, hati kecilnya tentu bertanya : Didunia ini ada begitu banyak manusia yang menjalani kehidupan diberbagai tempat, dikota, didesa, dibeberapa benua, negara, didaerah tropis maupun dipinggir kutub, ada pemukiman manusia.

Perjalanan waktu dan sejarah telah menunjukkan perkembangan manusia, sejak masa primitif sampai era modern ini.Kehidupan telah menunjukkan bahwa mahluk manusia dan mahluk-mahluk lain yang berbadan fisik seperti bermacam hewan, berkembang dan beranak pinak melalui perantaraan induk yang dibuahi pejantannya.

Pada manusia, dengan bunga-bunga kalimat sastra, dikisahkan melalui paduan kasih seorang wanita dan pria terkasihnya, istri dengan suami, terlahirlah buah cinta yang disebut bayi.


Perkembangan nama manusia

Pada zaman dahulu kala , manusia berkomunikasi antar sesama melalui perasaan dan pikiran ,istilah asingnya : through their mind. Pada masa mula-mula manusia dibumi, perasaan dan pikiran ( mind) para nenek moyang bangsa manusia sangatlah peka, tajam sekali. Dengan melalui rasa dan pikiran dan saling melihat saja, mereka bisa saling mengerti.Memang, dizaman mula tersebut, kekuatan telepati manusia tajam sekali. Ini juga satu anugerah dari alam, dari Gusti.


Lece


Kemudian, mulai muncul bahasa isyarat, lalu secara bertahap, suara yang keluar dari mulut semakin teratur dan lama-lama bisa dikendalikan sehingga sinkron dengan kehendak yang dikendalikan otak.

Menurut Kejawen, mahluk manusia dimasa itu disebut : Lece, dimana komunikasi masih dengan bahasa isyarat dan lengkingan-lengkingan suara yang belum teratur.


Mudita

Mudita adalah sebutan untuk orang, ketika orang sudah bisa menyebutkan nama barang-barang yang ada didunia ini dan selanjutnya muncul kata-kata sifat.
Kata-kata yang mulai dipakai adalah benda-benda yang ada disekitarnya, seperti : aku, kamu, nama-nama makanan seperti juwawut, padi; nama-nama buah-buahan, nama-nama binatang seperti ikan, burung, kambing, sapi dsb. Lalu dikenal nama-nama benda alam seperti : tanah, bumi, matahari, langit, air, api, bulan, bintang, angin dsb. Sesudah itu kata-kata yang berhubungan dengan rasa seperti : panas, dingin, terang, gelap, enak, sakit, manis, pahit, kecut, asin dsb.

Jadi sejak ada Mudita, bahasa mulai berkembang. Rupanya, mudita telah diberi kuasa oleh Sang Pencipta, Tuhan, untuk memberi nama semua hal yang ada dialam ini. Orang-orang tua kita berkata, kalau tidak ada mudita , tak ada kata-kata dan bahasa: Kabeh ora kocap – Segala hal tak terucapkan.


Manusia

Pada perkembangan lebih lanjut, mudita disebut manusia, yaitu mahluk yang punya malu.
Manusia dari manuswa. Manu artinya malu dan swa artinya hewan. Seseorang yang tidak punya rasa malu dikatakan berwatak seperti hewan.
Rupanya peradaban mulai meningkat, manusia punya malu, tidak seperti hewan.


Wong, Wahong


Menurut pemahaman Kejawen, ketika orang sudah disebut manusia, budaya dan peradaban berkembang lebih cepat.

Ada orang-orang tua bijak yang tajam dan bening rasa hatinya. Melalui mereka, manusia menerima pembelajaran kembali tentang esensi kehidupan.

Manusia, semua mahluk, tetumbuhan, benda dibumi, tidak bisa dipisahkan keberadaannya dari alam, karena merupakan bagian alam.Untuk itu, sejak dulu manusia sadar untuk harus melestarikan, menjaga , merawat alam ini sebaik-baiknya, karena tanpa alam tidak ada eksistensi manusia dibumi ini. Kalau bumi dan alam rusak, hidup dan eksistensi manusia terancam. Ini sebenarnya adalah sebuah pemahaman klasik!

Alam raya beserta segala isinya termasuk manusia berada dalam keadaan seperti ini, setelah melalui proses yang teramat panjang. Keberadaan alam beserta isinya termasuk umat manusia karena dikehendaki dan dicipta oleh Sang Pencipta Alam, yang dalam perkembangannya dipuja dengan asma:  Gusti, Pangeran, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Welas Asih ( dan tentu nama-nama Tuhan dalam berbagai agama dan bahasa).

Menurut pemahaman Kejawen, manusia sebelum terlahir didunia ini dengan perantaraan ibu dan bapak, adalah suksma, spirit yang berada dialam asal muasal dibawah kuasa langsung Gusti.

Jadi, manusia adalah suksma, spirit yang memakai pakaian raga fisik dan raga halus untuk menjalani kehidupan didunia ini.Dewa -dewi adalah juga mahluk ciptaan Tuhan yang berujud spirit,  yang esensinya adalah cahaya, sama dengan esensi suksma. Oleh karena itu, pinisepuh Kejawen menyebut orang : Wahong, artinya anak keturunan atau berasal dari dewa.Dalam perkembangan bahasa, kata wahong berubah menjadi wong, artinya orang.Lalu kita sering mendengar ungkapan : wong Jawa, wong Sunda, wong Indonesia, wong Asia, wong Amerika dsb.


Tiyang, Ti Hyang

Dalam bahasa Jawa krama inggil, bahasa halus, wong adalah tiyang dari kata Ti Hyang, berasal dari dewa, spirit.
Dalam kehidupan ini, sangat sedikit orang yang menyadari bahwa dia itu sebenarnya adalah suksma/roh yang berpakaian badan kasar dan badan halus. Padahal ini adalah pemahaman kunci bagi Kejawen dan spiritualitas universal.


Kenalilah dirimu yang sejati

Pada umumnya ,dikarenakan pengaruh kuat dari keperluan materi dan duniawi dalam kehidupan ini, banyak orang yang lupa kehidupan sejati, tidak tahu asal muasalnya dan esensi hidupnya.

Yang hidup adalah suksma/roh yang berada dibadan orang. Kalau suksma/roh kembali ke asal muasal karena berbagai alasan, maka orang itu mati. Sedangkan suksma tetap hidup dan kembali pulang ketempat asal muasal dialam kelanggengan, ada yang memberi istilah : kembali ke haribaan Tuhan.
Tuhan juga tak berwujud fisik, Beliau adalah Sang Pencipta, Sang Suksma Agung.

Yang bisa berkomunikasi dengan cara terhalus dengan Gusti, Sang Suksma Agung, adalah suksma yang berada diraga manusia. Oleh karena itu, seorang manusia seharusnya mengenali diri sejatinya, pribadi sejatinya , yang adalah suksma.

Itulah sebabnya kenapa para spiritualis, orang-orang bijak sering berkata : “ Kenalilah dirimu sendiri”, istilah asingnya “ Know thyself”.
Orang akan memahami dan mengalami kehidupan didunia dengan tentram bahagia ( dan tidak larut arus kehidupan yang tidak baik dengan berebut harta, kekuasaan dan berbagai macam akal-akalan yang tidak baik); sesudah dia bisa akrab dengan suksma-nya, yang adalah diri sejatinya, Sang Pribadi, istilah asingnya Higher Self.

Itulah yang dikatakan orang yang telah mendapatkan pencerahan secara spiritual, telah akrab dengan Sang Suksma, Pribadi Sejati, Higher Self, selalu akan sadar akan misi hidupnya dari Gusti, Tuhan, Sang Suksma Agung.
Hidupnya didunia pasti membawa misi yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan jagat ini.


Kenapa suksma berada didunia?

Ini pertanyaan yang menggelitik, yang sejak dulu tidak henti-hentinya dilontarkan.
Suksma mendapat kesempatan dari Tuhan untuk berkiprah didunia dan menjalankan suatu misi, suatu tugas yang mesti dilaksanakan sebaik-baiknya sampai tuntas.

Ungkapan yang lebih lugas menyatakan : Suksma harus sekolah didunia.

Sayangnya, Sang Suksma ketika sudah sampai dibumi dan berujud manusia, menemui banyak hambatan dan goda dalam menjalankan misinya. Hubungan sang suksma dengan kendaraan yang dipakainya, manusia dengan egonya, tidak sinkron. Ini disebabkan si manusia terlalu didominasi oleh elemen-elemen duniawi , maunya hanya memenuhi keinginan materi dan duniawi yang penuh nafsu, meninggalkan esensi spiritualnya. 

Menyiasati hal ini, pinisepuh Kejawen tidak bosan-bosannya mengingatkan : Eling lan waspada- Sadar dan waspadalah, siapa dirimu sebenarnya dan apa tugas sejatimu didunia.


Hidup bagai roda berputar.

Ajaran Timur termasuk Kejawen mempercayai bahwa kehidupan seseorang itu seperti roda yang berputar, istilah kebatinannya : Cakra manggilingan.
Artinya, satu saat suksma turun menetap sementara didunia, pada saat lain dia berada dialam suksma, lalu dapat tugas lagi dibumi dan seterusnya ,selalu berputar.

Jadi, spiritualitas Timur percaya kepada adanya inkarnasi dan reinkarnasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah hidup bagai roda, cakra manggilingan diartikan : Jalan hidup seseorang ,satu ketika bisa susah, lain kali mengalami masa jaya, makmur.

Perjalanan suksma, berasal dari mula-mula, kemudian dapat tugas dari Tuhan untuk tinggal dibumi, lalu kembali lagi ke alam mula-mula alamnya suksma, itu merupakan perjalanan yang benar.

Karena ada banyak suksma, sesudah orangnya meninggal, tidak mulus kembali kealam mula-mula. Dia nyasar pulangnya, karena telah membuat kesalahan fatal ketika berada didunia. Dia telah berbuat/membiarkan terjadinya perbuatan yang tidak baik dan melakukan dosa.
Mengenai hal ini, akan kita kupas kemudian.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan jelas, kita akan membicarakan tentang terjadinya jagat raya dan bumi ini, tempat mahluk manusia bertempat tinggal.

    Terjadinya Jagat Raya

Budaya Kejawen menamakan jagat ini adalah Jagad Paramudita, seperti yang sering diucapkan para dalang wayang kulit.Artinya jagat yang dihuni oleh para mudita, oleh manusia wanita dan pria, mahluk paling penting didunia ini.

Jagat Raya seisinya termasuk manusia yang mendiami bumi ini, tercipta atas kuasa Tuhan, Sang Pencipta Alam. Keberadaan manusia dibumi, setelah iklim dan kondisinya kondusif, siap untuk dijadikan rumah tinggal yang nyaman, lengkap dengan segala faktor pendukungnya.

Pada era mudita, orang mulai memberikan nama-nama pada semua benda dan hal, lahirlah bahasa tutur didunia. Oleh karena itu mudita dihormati oleh anak keturunannya.


Asalnya ramai dari sepi

Kehidupan bumi yang dihuni para mudita berkembang secara pasti. Tentu pada saat itu, para mudita memilih menghuni tempat-tempat yang aman dan tanahnya subur. Jumlah mudita dengan beragam warna kulit, budaya dan bahasa, semakin bertambah, sehingga bumi menjadi lebih ramai. Timbullah ungkapan : Witing rame saka sepi, witing gumelar saka sonya, artinya : Asal ramai dari sepi,jagat tergelar asalnya dari kosong.

Kita akan mengungkap kelahiran dan perkembangan jagat ini dimulai dari Alam Sonya Ruri, sebelum jagat ini tergelar.Pengungkapan dari sudut pandang Kebatinan Jawa, dari sudut pengetahuan spiritual- spiritual knowledge, yang istilah lokalnya adalah elmu atau ngelmu

Para pakar dunia, menjelaskan proses terjadinya alam raya dari sudut science – ilmu pengetahuan, secara ilmiah.

Perlu digaris bawahi bahwa Kejawen tidak anti kepada ilmu dan perkembangannya yang berguna bagi umat manusia; tetapi untuk kehidupan yang lebih baik, komplit dan benar, lahir batin, diperlukan ilmu dan ngelmu.

Kita luangkan sedikit waktu untuk memahami difinisi tentang Ilmu dan Ngelmu dalam kotak dibawah ini.


Ilmu dan Ngelmu
Ilmu    - Science adalah hasil pikiran manusia, yang semakin lama semakin maju, produknya semakin canggih sebagai hasil pemikiran/penemuan para ahli pikir bidang ilmu pengetahuan.

Ngelmu- Satu pengetahuan yang berhubungan dengan purbawasesa – Kuasa dari Tuhan, yang oleh kebanyakan orang disebut gaib.Ngelmu itu dari dulu sudah ada secara utuh dan sepenuhnya dalam kuasa Gusti. Dibukanya sedikit demi sedikit, sesuai dengan kemajuan kesadaran dan kebutuhan manusia pada suatu saat.

Penjelasan dan penyebaran – babaran lan wedaran, atas kehendak Gusti, melalui orang-orang yang ditunjuk Nya, karena sudah mumpuni pengetahuan dan kesadaran spiritualnya.

Sehingga, semakin lama, ngelmu semakin terbuka – saya binuko lan ngeblak.


Catatan :
Mengenai cara pengajaran dan penyebaran kebatinan Kejawen, pada saat ini sudah jauh lebih terbuka, lebih praktis.

Zaman dulu, ngelmu Kejawen benar-benar sinengker, dianggap rahasia, terkesan tertutup. Hanya kepada yang benar-benar percaya dan belajar sungguh-sungguh dan menghayati, seorang Guru akan memberi tuntunan.

Polisi kolonial Belanda waktu itu mengawasi dengan ketat kelompok-kelompok Kejawen, karena dikhawatirkan menyebarkan ramalan Jayabaya, yang a.l. menyatakan bahwa kolonialis Belanda akan dikalahkan oleh “jago wiring kuning” dari utara, bangsa berkulit kuning dari utara ( ternyata Jepang), yang akan menduduki Nusantara selama “seumur jagung”, dalam kurun waktu pendek ( ternyata 3,5 tahun). Dan bangsa Indonesia akan hidup makmur sejahtera bila diperintah oleh bangsa sendiri, artinya Indonesia merdeka..   Kolonialis Belanda juga melarang orang bertapa karena takut kalau orang tersebut mencari wahyu kemerdekaan.

Banyak terminologi atau kata-kata yang diperlakukan sakral, tidak boleh diucapkan, tabu atau ora ilok, kini telah boleh diucapkan.
Misalnya,  pada waktu belajar kebatinan tidak boleh mengucapkan kata jantung. Kalau mau menyebut jantung, harus bilang : kembang gedhang atau sekar pisang, bunga pisang. Sekarang sudah boleh mengucapkan jantung.

Kata samadi juga tidak boleh diucapkan. Kalau mau bilang samadi harus diganti dengan ungkapan :
Anggoleki tapake kuntul nglayang   - mencari telapak kaki bangau terbang. Mana dapat.
Anggoleki galihing kangkung          - mencari hati kangkung. Apa ada?
Nutupi babahan hawa sanga          - menutup sembilan lobang hawa ditubuh.Tentu sulit.

Kalimat-kalimat yang berbunga-bunga yang mungkin sesuai pada waktu itu, sekarang termasuk “njlimet”-berputar-putar dan sulit dipahami, tidak dipakai lagi.

Penjelasan tentang samadi, termasuk cara, metode dan tujuannya, sudah jauh lebih terbuka.

Cara mengajarkan ngelmu Kejawen juga sudah berubah sesuai perkembangan zaman.

Dulu ,Kejawen diajarkan sangat tertutup, dengan peserta sangat terbatas dan hanya diajarkan pada malam hari, dihari tertentu, misalnya pada Kamis malam Jum’at.

Tempatnya juga harus diluar rumah, dibawah atap langit, dipinggir laut, sungai, sawah, kebun atau pelataran rumah. Sekarang sudah diajarkan didalam rumah, boleh siang hari.

Literatur Kejawen banyak yang ditulis, dicetak sebagai buku, dimuat dikoran dan majalah, bahkan ada di internet.

Dimasa kuno, pembelajaran hanya secara lisan, mantra-mantra tak boleh ditulis, semua harus hafal diluar kepala.

Sekarang sudah terbuka, meski masih ada yang sinengker- dirahasiakan.

Para pakar kebatinan Jawa mengatakan bahwa semua ngelmu kebatinan Jawa boleh diketahui oleh peminatnya sesuai dengan tingkat kesadaran spiritual masing-masing individu, kecuali yang masih menjadi sengkeraning bawono – rahasia jagat.

Penulis yang akrab dengan budaya Jawa dan senang mempelajari budaya-budaya yang lain, mengikuti paugeran- ketentuan ini. Apa yang penulis paparkan adalah ajaran luhur dan sudah dapat palilah, restu dari pinisepuh Kejawen, maupun dari Pribadi Sejati- Higher Self, baik secara nyata maupun melalui wisik sejati- pemberitahuan yang sebenarnya, ditataran ngelmu sejat, dijalan yang diberkahi Gusti.


Alam Sonya Ruri


Sekian juta tahun yang lalu, ketika alam belum ada, bumi belum ada, tidak ada apa-apa sama sekali, suasana gelap gulita, suara tidak ada, disebut Alam Sonya Ruri, artinya tempat tanpa batas, tanpa tepi dan sonya artinya kosong, sepi ( bahasa Jawa : suwung) dan ruri artinya gelap gulita ( bahasa Jawa : peteng ndhedhet).

Alam Sonya Ruri adalah tempat tanpa batas, yang keadaannya kosong tanpa suara dan gelap gulita.

Gambarannya : alam merupakan wadah; isinya : kosong dan gelap gulita.

Kemudian, tidak disebut kapan mulainya, alam sonya ruri mulai bergerak, berputar dan berputar terus dengan cepat. Perputaran itu menimbulkan daya panas, mulai muncul lingkaran ( bahasa Jawa : kalangan), yang semakin lama semakin besar.

Sesudah berputar terus menerus dan cukup lama ( bahasa Jawa : mubeng seser), terjadilah ledakan ( bahasa Jawa : mbledhos), sehingga alam semesta menjadi terang dan mulai terbentuk dan terlihat wujud benda-benda dialam raya : langit dan planet-planet seperti matahari dan bintang-bintang.

Teori  ilmiah menyatakan bahwa Jagat Raya ada sejak 15.000. juta tahun yang lalu, dimulai dengan Big Bang, ledakan awan lemparan gas panas dan debu diangkasa, lalu ada gravitasi yang menyebabkan terbentuknya planet-planet.

Sampai kini ilmu dan ngelmu sependapat bahwa jagat raya terus mengalami proses perkembangan yang tak pernah berhenti.

Mengenai teori ilmiah mengenai terbentuknya jagat raya, Ilmu Pengetahuan yang terlahir dari kejeniusan pikiran manusia, tidak bisa meng-claim sebagai kebenaran, paling-paling mendekati kebenaran.

Jagat Raya dicipta oleh Gusti, Tuhan Yang Maha Kuasa, supaya manusia selalu belajar dan tidak pernah berhenti belajar dan supaya berkiprah positif konstruktif demi kelestarian jagat beserta seluruh isinya termasuk umat manusia


Sang Penguasa Alam menitahkan terang

Dalam istilah Kejawennya adalah : Kang Murbeng Alam nitahake pepadhang.

Cahaya terang benderang dialam raya timbul karena perputaran benda-benda dilangit dan bintang-bintang. Cahaya datang dari benda-benda dilangit yang jumlahnya sakirno dalam istilah Jawa, artinya sejuta juta juta, begitu banyak tak terhitung jumlahnya.

Matahari, sesuai dengan kekuasaan alam, atas kehendak Tuhan menerangi jagat termasuk bumi dan punya kewajiban untuk memberi kehidupan kepada semua mahluk.

Rembulan dan semua bintang dilangit ,pada waktu malam hari menyinarkan cahaya yang lembut, sejuk ,yang berguna untuk setiap mahluk.
Konstelasi matahari, rembulan, planet-planet dan bintang-bintang terhadap bumi, mempengaruhi iklim dan kehidupan manusia dibumi.


Terbentuknya Bumi

Ketika planet-planet dan bintang-bintang angkasa sudah ada, bumi belum ada. Baru sesudahnya, ketika saling benturan dan saling pengaruh planet-planet dan bintang-bintang berjalan cukup lama diangkasa raya, terbentuklah sebuah bintang berukuran menengah menjadi pusat alam, yang disebut Pratala, artinya dasarnya samudra.

Terbentuk dulu laut, samudra yang disebut Sagara, karena terus menerus diisi air dari hasil gerakan terus menerus benda-benda dialam raya.

Sesudah terbentuk sagara, bumi mulai terbentuk setelah melalui proses alami dan penyempurnaan bentuk, sehingga disebut Bantala atau Bumi.

Proses pembentukan bumi secara pemahaman ilmiah dimulai 4000 juta tahun yang lalu, dilukiskan dengan letusan-letusan gunung berapi yang memuntahkan lava merah menyala. Bumi yang terdiri dari lempengan-lempengan dan samudra-samudra besar, melalui proses jutaan tahun sehingga terwujud bentuk yang seperti saat ini.


Elemen-elemen bumi

Sejak awal terbentuknya jagat, melibatkan unsur-unsur angin, cahaya, api, debu dan air, yang dengan saling interaksi, gerakan dan benturan-benturan melahirkan planet-planet, bintang-bintang dan planet bumi yang kelak didiami manusia.Seperti diketahui elemen-elemen  manusia juga terdiri dari : angin, banyu , geni lan lebu menurut Kejawen, yaitu angin, air, api dan tanah. Sedangkan unsur cahaya, mengingatkan dari mana asalnya suksma yang berupa cahaya.

Pada mulanya, keadaan dibumi belum mendukung adanya kehidupan karena  udara yang belum cocok. Baru sesudah udara dan keadaannya kondusif, manusia dan mahluk-mahluk lain bisa hidup dibumi, yaitu dilapisan atmosfir yang berada ditanah sampai dengan ketinggian 17 km.


Adanya makanan

Manusia dan mahluk-mahluk yang lain butuh makanan untuk hidup dibumi. Salah satu elemen manusia adalah air. Terbukti seorang manusia yang sehat pada usia produktif, 80% komponen badan fisiknya adalah air. 2/3 ( dua pertiga) dari permukaan bumi ditutup oleh lautan; 1/10 ( sepersepuluh) permukaan bumi ditutup sungai es.

Sejak mula terbentuknya bumi, air mengucur kebumi, air dimasa mula itu dinamakan Kamandanu, sesudah jatuh kebumi dan kebanyakan berkumpul dilaut, disebut Padmasari, artinya sari makanan.

Oleh karena itu sel-sel kehidupan yang teramat sederhana dimulai dilaut, karena disana ada sari makanan.

Jagat Raya adalah bersatunya unsur-unsur Pratala/Sagara, Padmasari/sari makanan dan Bantala/bumi, yang terus berproses dan saling mempengaruhi dengan benda-benda dialam semesta, sehingga datang saatnya manusia dan mahluk-mahluk lain serta berbagai tetumbuhan mendapatkan tempat yang nyaman dibumi untuk dihuni.


Kandungan bumi


Ini yang disebut kekayaan alam, benda-benda yang terpendam didalam bumi ( termasuk yang dibawah laut), dimana manusia tinggal menggali atau menambangnya untuk memfasilitasi kebutuhan hidupnya.

Selain tanaman pangan, herbal untuk obat dan tanaman industri, berbagai bahan tambang didarmakan oleh bumi kepada manusia. Betapa baiknya Ibu Bumi, Mother Earth kepada manusia.

Kalau mau jujur, manusia modern seharusnya merasa berhutang budi kepada mahluk-mahluk dan tetumbuhan dimasa purba, berhutang budi kepada alam dan tentunya kepada Tuhan.

Hanya sedikit orang yang mengingat kepada jasa fosil-fosil binatang laut dan pohon-pohon raksasa yang sejak 300 juta tahun lalu “ mengorbankan diri’ untuk dijadikan sumber enerji berupa minyak bumi, gas dan batubara.

Padahal produk-produk ini, diburu, diperebutkan dan dimanfaatkan untuk mengabdi kepada manusia modern.
Selain itu didalam bumi antara lain masih terdapat berbagai batu, mineral, pasir, kapur  dan lain-lain yang menunjang kesejahteraan manusia. Masih ada lagi berbagai logam seperti ; emas, perak, tembaga, perunggu, besi, aluminium, timah dsb.

Selain itu ada rumpun batu mulia dengan berbagai macam faedah dari harga yang sangat mahal sampai yang murah, seperti : berlian, quartz, ametis, turqoise, safir, emerald, jade, turmalin, citrin, amber, ruby,tiger’s eye, obsidian, agate/ bermacam-macam batu akik dalam berbagai warna yang indah dan menarik seperti putih, ungu, biru, hijau, merah muda, kuning, jingga, merah, coklat dan hitam.

Khusus mengenai logam dan batu mulia/gemstones/precious stones ada banyak peminatnya, karena bisa dicipta menjadi perhiasan dan asesories yang menawan.

Berbagai logam dipakai untuk membuat keris, berbagai batu mulia selain dibuat perhiasan yang cantik seperti gelang, kalung, cincin, subang dll, juga
digemari oleh orang-orang yang mengerti dengan memanfaatkan daya alami batu-batu mulia tersebut.

Batu mulia memiliki daya alami, enerji yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pemakainya.

Enerji yang dipunyai batu mulia, bisa membantu dalam bidang keselamatan, kesehatan, karier, kesejahteraan dll.

Perhiasan dari gemstones termasuk berlian, safir, topaz, emerald, jade dan lain-lain, hanya bersifat perhiasan/asesories yang indah tetapi tidak memfungsikan daya alaminya untuk membantu pemakai, selama daya alami/enerjinya tidak dibangkitkan. Jadi perhiasan dengan batu mulia itu hanyalah “ sleeping beauty”.sekedar menampilkan keindahan.

Supaya enerji batu mulia berfungsi, bekerja dengan membantu atau melindungi pemilik/pemakainya; batu mulia tersebut harus dibangkitkan enerjinya ,istilahnya “diprogram” sesuai dengan fungsi alaminya.
Batu-batu itu, tidak “diisi” dengan menempatkan mahluk halus/qodam ( meskipun bisa), tetapi hanya dibangkitkan daya alaminya, supaya tidak tidur. 

No comments:

Post a Comment